SKRIPSI
PERBANDINGAN
TANAH TOP SOIL DENGAN KOMPOS PRODUKSI DEPO
KSM LESTARI SEBAGAI MEDIA TANAM PADA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea)
Oleh:
ANTONIUS I
05.201010.003
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2011
PERBANDINGAN
TANAH TOP SOIL DENGAN KOMPOS PRODUKSI DEPO KSM LESTARI SEBAGAI MEDIA TANAM PADA
TANAMAN SAWI (Brassica Juncea)
Skripsi
Untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai
derajat
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas
Pertanian
Universitas
Borneo Tarakan
Oleh:
Antonius I
05.201010.003
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
Penelitian : Perbandingan Tanah Top Soil dengan Kompos produksi
Depo KSM Lestari Sebagai media Tanam pada Tanaman
Sawi (Brassica Juncea)
Nama Mahasiswa : Antonius I
NPM : 05.201010.003
Jurusan : Agroteknologi
Menyetujui:
Pembimbing
I Pembimbing
II
Nur Indah
Mansyur, SP., MP. Ir. Willem, MP.
NIDN: 1115087601 NIDN: 1128036001
Mengetahui:
Dekan
Amarullah,
SP., MP
NIDN:
1114027001
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
Kami menyatakan bahwa Skripsi ini disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Antonius
I
NPM : 05.201010.003
Jurusan : Agroteknologi
Judul
Penelitian : Perbandingan
Tanah Top Soil dengan Kompos
Produksi Depo KSM Lestari Sebagai Media Tanam pada
Tanaman Sawi (Brassica Juncea)
Telah
direvisi dan di setujui oleh tim penguji
Menyetujui:
Titik Ismandari, SP., M.Sc Nia
Kurniasih, SP., MP
NIDN: 1103077901 NIDN: 1126087402
Punguji
Punguji
Etty Wahyuni. MS, S.Hut., MP
NIDN: 1130057401
Punguji
RIWAYAT
HIDUP
ANTONIUS IRANG
lahir pada tanggal 8 Desember 1981 di Desa Gong Solok, Kecamatan Malinau Kabupaten Malinau,
merupakan anak ke dua dari enam bersaudara dari Bapak Irang dan Ibu Urai.
Pendidikan formal dimulai pada tahun 1991
di Sekolah Dasar Negeri 007 Gong Solok
Kecamatan Malinau Kabupaten Malinau dan tamat pada tahun 1997. Pada tahun yang
sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Malinau dan
tamat tahun 2000. Kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Dharma Bhakti Tanjung Selor pada tahun 2002
dan tamat pada tahun 2004. Pendidikan Tinggi dimulai tahun 2005 pada Fakultas
Pertanian Universitas Borneo Tarakan Jurusan Agroteknologi.
Dari bulan Juli-September 2008
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Kelompok Tani Sinar Harapan
Tarakan, dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Juata Kerikil Tarakan
Utara pada tahun 2009. Mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2010 melakukan penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi sebagai
syarat mencapai derajat
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan dengan Judul
Perbandingan Tanah Top
Soil dengan Kompos
Produksi Depo KSM
Lestari sebagai
Media Tanam pada
Tanaman Sawi (Brassica Juncea).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
hingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak
pihak yang telah membantu oleh karenanya penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
11. Bapak (Alm), Mama, Kakak dan Adik-adik tercinta yang
telah memotivasi dan mendukung melalui doa yang tak henti-hentinya, selama
penulis menempuh pendidikan di Universitas Borneo Tarakan khususnya pada
Fakultas Pertanian Jurusan
Agroteknologi.
22.Pastor Antonio Bocchi O.M.I, selaku orangtua/wali yang
telah memberikan bantuan moril, materil, dan doa serta semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga skripsi ini dengan baik (terima
kasih banyak Pastor Toni).
33. Nur Indah Mansyur, SP., MP dan Ir.
Willem, MP, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
44.Prof. DR. Hongo Ichiro, yang telah mengarahkan penulis dalam
penelitian yang telah dilaksanakan.
55.DR. Takeshi Arizono yang banyak membantu penulis dalam
persiapan penelitian serta meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing
penulis dalam penulisan skripsi ini.
66.Dekan Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan
beserta Staf dan Bapak/Ibu Dosen, dan
Staf administrasi yang telah ikut serta membantu dalam proses belajar khususnya
di Fakultas Pertanian.
77.Rekan-rekan Mahasiswa/mahasiswi yang telah banyak
membantu dalam perkuliahan maupun penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari
bahwa skripsi ini Masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran.
Akhirnya semoga
skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Antonius I
Kampus
Universitas Borneo Tarakan, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
HALAMAN
PENGESAHAN........................................................... ii
RIWAYAT HIDUP............................................................................ iv KATA PENGANTAR........................................................................ v
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL..............................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xii
ABSTRAK.........................................................................................
xiii
ABSTRACT....................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian.............................................................. 3
D. Hipotesis............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................
5
A. Tinjauan UmumTanaman Sawi....................................... 5
B.
Budidaya Tanaman Sawi.................................................. 8
C.
Bahan Organik.................................................................... 12
D.
Kompos Produksi Depo KSM Lestari..............................
17
III. METODE PENELITIAN.............................................................
18
A. Lokasi
dan Waktu Penelitian............................................ 18
B. Alat dan Bahan Penelitian................................................ 18
C.
Rancangan Percobaan...................................................... 18
D.
Analisa Data........................................................................ 19
E.
Prosedur Penelitian............................................................ 20
F. Parameter
Pengamatan..................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 23
A. Hasil....................................................................................... 23
B. Pembahasan....................................................................... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 33
A.
Kesimpulan.......................................................................... 33
B. Saran..................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 34
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................. 37
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Analisa
Sidik Ragam (uji F)........................................................ ...... 19
2. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada
Perbandingan Tanah Top Soil dengan
Kompos Produksi
Depo KSM Lestari Umur 1 mst
(minggu setelah tanam),
2 mst, 3 mst dan 4 mst.................................................................
23
3. Rata-rata
Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai)
pada Perbandingan Tanah
Top Soil dengan Kompos
Produksi Depo KSM Lestari Umur 1 mst
(minggu setelah tanam), 2 mst, 3 mst dan 4 mst.................... 24
4. Rata-rata Berat Hasil Panen (gram)
pada
Perbandingan Tanah Top Soil dengan Kompos Produksi
Depo KSM Lestari.........................................................................
26
Lampiran
5. Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 1 mst.......................
38
6. Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 2 mst.......................
38
7. Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 3 mst.......................
38
8. Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 4 mst.......................
38
9. Analisa Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada
Umur 1 mst.................................................................................. ....... 39
10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur
2 mst.................................................................................. ....... 39
11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur 3 mst.................................................................................... ....... 39
12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur 4 mst.................................................................................... ....... 39
13. Uji BNT Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur 1 mst.................................................................................... ....... 40
14. Uji BNT Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur 2 mst.......................................................................................... 40
15. Uji BNT Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur 3 mst................................................................................... ....... 40
16. Uji BNT Tinggi Tanaman Sawi (cm) Pada
Umur 4 mst................................................................................... ....... 40
17. Jumlah Daun Tanaman Sawi (Helai) Pada
Umur 1 mst................................................................................... ....... 41
18. Jumlah Daun Tanaman Sawi (Helai) Pada
Umur 2 mst................................................................................... ....... 41
19. Jumlah Daun Tanaman Sawi (Helai) Pada
Umur 3
mst................................................................................... ....... 41
20. Jumlah Daun Tanaman Sawi (Helai) Pada
Umur 4 mst................................................................................... ....... 41
21. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi (Helai)
Pada
Umur 1 mst......................................................................... ....... 42
22. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi (Helai)
Pada
Umur 2 mst......................................................................... 42
23. Sidik Ragam Jumlah
Daun Tanaman Sawi (Helai)
Pada
Umur 3 mst.......................................................................... 42
24. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi
(Helai)
Pada
Umur 4 mst.........................................................................
42
25. Uji BNTJumlah Daun Tanaman Sawi (Helai)
Berdasarkan
Umur 1 mst...........................................................
43
26. Uji BNTJumlah Daun Tanaman Sawi (Helai)
Berdasarkan
Umur 2 mst...........................................................
43
27. Uji BNTJumlah Daun Tanaman Sawi (Helai)
Berdasarkan
Umur 3 mst........................................................... 43
28. Uji BNTJumlah Daun Tanaman Sawi (Helai)
Berdasarkan
Umur 4 mst...........................................................
43
29. Berat Panen Tanaman
Sawi (Gram).......................................
44
30. Sidik Ragam Berat
Panen Tanaman Sawi (Gram)...............
44
31. Uji BNT Berat Panen
Tanaman Sawi (Gram)........................ 44
32. Hasil Analisa Kimia Tanah dan Kompos
yang digunakan........................................................................... 45
33. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Tanaman
Rempah Tahun 2008...............................................
49
DAFTAR
GAMBAR
Nomor
Lampiran Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Kompos produksi Depo KSM Lestari
yang digunakan dalam
Percobaan……………………………………………………………….. 46
Tanah
Top Soil yang digunakan dalam percobaan…………………. 46
Membersihkan tanah dari kotoran dan
potongan kayu.................... 46
Menimbang media sesuai perlakuan.................................................. 47
Menyusun polybag sesuai perlakuan................................................. 47
Polybag yang sudah tersusun sesuai
perlakuan.............................. 47
Membersihkan lahan tempat percobaan............................................ 48
Polybag yang telah diacak dilapangan............................................... 48
Tanaman sawi umur 1 mst.................................................................... 48
Lokasi dan Letak Polybag Percobaan Perbandingan
Tanah Top Soil dengan Kompos
produksi Depo KSM Lestari
Sebagai Media Tanam............................................................................ 50
|
ABSTRAK
Antonius. Fakultas Pertanian Universitas Borneo,
Tarakan 2010. Perbandingan Tanah Top Soil dengan Kompos produksi Depo KSM
Lestari sebagai media tanam pada tanaman
sawi (Brassica Juncea). (Dibimbing
oleh Nur Indah Mansyur dan Willem).
Kompos adalah pupuk
organik yang merupakan hasil pembusukan atau dekomposisi dari bahan-bahan
organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya. Kompos yang
digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena berasal dari
bahan-bahan organik.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan Tanah Top Soil dengan Kompos produksi
Depo KSM Lestari sebagai media tanam yang dapat memberikan pengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica
Juncea).
Rancangan percobaan
menggunakan.Rancangan Acak kelompok (RAK) satu faktor, yaitu perbandingan Tanah
Top Soil dengan kompos produksi Depo KSM Lestari, terdiri dari 4 taraf yaitu:
M1= tanah top soil (5:0), M2= perbandingan tanah dengan kompos (4:1), M3= perbandingan
tanah dengan kompos (3:2), M4= perbandingan tanah dengan kompos (2,5:2,5).
Perbandingan
Tanah Top Soil dengan Kompos produksi Depo KSM Lestari pada perbandingan 2,5:2,5 (M4)
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica Juncea). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perbandingan tanah dengan kompos 2,5:2,5 (M4) memberikan
hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica Juncea). Secara keseluruhan
dengan nilai rata-rata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
hasil panen berturut-turut 11,3 cm, 9,2 helai dan 2,1 gram.
ABSTRACT
Antonius.
Faculty of Agriculture,
University of Tarakan Borneo 2010. The
Comparative effect of Compost Top Soil Depot with KSM Sustainable production as
planting media on mustard plants (Brassica
Juncea). (Guidance by Nur Indah
Mansyur and Willem).
Compost is an organic fertilizer That
is the result of the disintegration or decay of organic materials, Such as
plants, animals or other organic waste. Compost
is Used as fertilizer is organic fertilizer Also Called Because it comes from
organic materials.
This study aimed to compare the soil
and compost production Depo Lester as planting media KSM Gives the which the
best effect on growth and yield of mustard (Brassica
Juncea). Comparison
of soil with compost production of compost compared Depo KSM 2,5:2,5 Lestari
(M4) Provide a real influence on the growth and yield of mustard (Brassica Juncea).
The experimental design using
randomized design group (RAK), one factor, the which is the ratio of soil with
compost production, Top Soil Depot KSM Lester, consisting of 4 levels, namely:
M1= soil without compost (5:0), M2= ratio of the soil with compost (4:1), M3=
ratio of the soil with compost (3:2), M4 = ratio of the soil with compost
(2,5:2,5).
The results showed That the ratio of
the soil with compost 2,5:2,5 (M4) Gave good results on the growth and yield of
mustard (Brassica Juncea). Overall, the
average value of the parameter plant height, leaf number and weight of successive
harvests 11.3 cm, 9.2 and 2.1 kg pieces.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya
populasi manusia menyebabkan pemenuhan terhadap pangan selalu bertambah. Dengan
meningkatnya kebutuhan dan pola hidup masyarakat itu sendiri sehingga memacu
perkembangan industri dan pertanian. Namun, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan industri serta pertanian mempunyai dampak dari sisa-sisa produksi,
yang salah satunya adalah sampah. Sampah selalu menjadi persoalan dalam
lingkungan masyarakat yang kurang memiliki perhatian terhadap kebersihan
sekitar lingkungan. Persoalan yang sering muncul adalah bau yang tidak
sedap atau gangguan kesehatan yang diakibat oleh timbunan sampah yang tidak
dibuang pada tempatnya. Dalam kondisi apapun, sampah yang menumpuk dan
terlantar sudah jelas mengganggu pemandangan dan mencemari lingkungan sekitar.
Di sisi lain sampah pun dapat menjadi sumber kehidupan bagi sebagian
masyarakat karena sampah dapat di kompos atau didaur ulang, dan dapat
dimanfaatkan lagi untuk kebutuhan
manusia. Salah satu contoh sampah adalah sampah organik yaitu sampah yang
berasal dari sisa dan buangan berbagai aktifitas makhluk hidup dari bahan-bahan alami, seperti
sisa makanan, minuman dan kotoran (tinja).
Menurut data statistik dari Dinas Peternakan
dan Tanaman Pangan Kota Tarakan tahun 2008, bahwa tanaman
yang diusahakan di Kota Tarakan didominasi oleh tanaman hortikultura (terlampir), selain itu jumlah
konsumen
khususnya di Kota Tarakan juga semakin meningkat sehingga para petani berusaha
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi yang akan dipasarkan.
Dalam hal proses pengomposan semua bahan organik bisa menjadi kompos, tetapi
yang menjadi masalahnya apakah bahan organik lain dapat digunakan, manakah
bahan organik tersebut yang efektif untuk pertumbuhan tanaman, bagaimana
kandungan didalamnya, bagaimana kualitasnya.
Proses pengomposan adalah proses di mana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai tingkat kesuburan yang cukup
untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi. Kesuburan
tanah sangat dipengaruhi oleh adanya
bahan organik. Hakim dkk. (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan
penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara
garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan
cara membuat tanah menjadi gembur dan lepas-lepas sehingga aerasi menjadi lebih
baik serta mudah ditembus perakaran tanaman.
Bahan organik pada tanah yang
bertekstur pasir akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan meningkatkan
kapasitas mengikat air. Sifat kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya
kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara, sedangkan pengaruh bahan organik
pada biologi tanah adalah menambah energi yang diperlukan kehidupan
mikroorganisme tanah (Sutanto 2002).
Kandungan hara pada tanah semakin
lama biasanya semakin berkurang karena seringnya digunakan oleh tanaman yang
hidup diatas tanah tersebut, bila keadaan seperti ini terus dibiarkan maka
tanaman biasanya kekurangan unsur hara sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi
terganggu. Dari uraian diatas maka perlu dilakukan kajian tentang perbandingan tanah
top soil dengan kompos produksi Depo KSM Lestari sebagai media tanam pada
tanaman sawi.
B. Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui perbandingan tanah top soil dengan kompos produksi Depo KSM Lestari
yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
C. Manfaat Penelitian
1.
Sebagai bahan informasi untuk penggunaan kompos sebagai
media tanam.
2.
Mengembangkan potensi diri yang dimiliki para mahasiswa
dalam menerapkan prinsip metode ilmiah dalam melakukan suatu penelitian.
3.
Menumbuhkan minat dan kesadaran masyarakat bahwa semua
sampah organik yang terdapat disekitar lingkungan tidak selalu menjadi masalah
lingkungan, tetapi mempunyai manfaat dan dapat dimanfaatkan dibidang pertanian dan perkebunan.
D. Hipotesis
Perbandingan tanah top soil dengan kompos produksi Depo KSM Lestari pada
perbandingan 2,5:2,5 (M4) memberikan pertumbuhan dan hasil
terbaik pada tanaman sawi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Sawi
Seluruh wilayah di
Indonesia berpotensi untuk pengembangan tanaman sayur-sayuran yang banyak
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Apabila ditinjau dari aspek klimatologis, Indonesia sangat tepat untuk pengembangan agribisnis
terutama tanaman sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang
mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan
dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat
potensial untuk komersial dan prospek sangat baik. Ditinjau dari aspek klimatologis,
aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga
memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan
internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard
ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang
orang Sunda menyebut sasawi (http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/)
1.
Manfaat Tanaman
Sawi
Manfaat sawi sangat baik untuk
menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh
penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta
memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan
kandungan yang terdapat pada
sawi adalah protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin.
Klasifikasi
Tanaman Sawi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi :
Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
(Brassicales)
Famil : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies :
Brassica Juncea
2. Jenis-jenis Tanaman Sawi
Secara umum tanaman sawi biasanya
mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita
hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu: sawi putih (sawi
jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga
ada pula jenis sawi keriting dan sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang
menyebutnya sawi cina. Merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di
pasar-pasar dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih
kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang
renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau
dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.(http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/)
3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Sawi bukan tanaman asli Indonesia,
menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim,
cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di
tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari
dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil
yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah
mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.
Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter
sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di
tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur.
Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman
ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim
penghujan. Tanah yang cocok
untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
B. Budidaya Tanaman Sawi
Cara bertanam sawi sesungguhnya tak
berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di
lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman,
penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur
maupun tumpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain: bawang
daun, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang
secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai
teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
1. Benih
Benih merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang
tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam
sebesar 750 gram. Benih
sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.
Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus
mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama
penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga
harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. Kemasan yang baik adalah dengan
alumunium foil. Apabila benih yang
kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu,
misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70
hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi
yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan
dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih
dari 3 tahun.
2. Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah secara umum melakukan
penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan
untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar
untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan
yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah.
Sebagai contoh pemberian pupuk kandang
yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat
merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu
rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk
menaikkan derajad keasaman tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum
penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu
yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4 minggu sebelum lahan
hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau
dolomit (CaMg(CO3)2).
3. Pembibitan
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan
dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan
lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan
pembibitan yaitu lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan lebih dari
200 mm/bulan, tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih,
bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu ditambah 20 gram Urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl.
Cara melakukan pembibitan ialah
sebagai berikut: benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu
disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh setelah
berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
4.
Penanaman
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm
dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20-30 cm dengan
jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan
terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha.
Sedang jarak tanam dalam bedengan 40x40 cm, 30x30 dan 20x20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan
bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8x6-10 cm.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah hal yang penting.
Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama
yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada
musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan
pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus
menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu
panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap
selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan
adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan
tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama
dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan
2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan
gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu
setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan
bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan
tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat
juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat
disiramkan untuk 5 m bedengan.
6.
Panen
Dalam hal pemanenan
penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi
paling lama 30 hari. Paling pendek umur 28 hari. Terlebih dahulu melihat fisik
tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu
mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal
batang yang berada di atas permukaan tanah dengan pisau tajam.
C. Bahan
Organik
1. Definisi
dan Sumber Bahan Organik
Menurut Wahyono dkk (2003), pengomposan didefinisikan sebagai proses
dekomposisi materi organik secara biologis
menjadi material seperti humus dalam kondisi aerobik yang terkendali.
Menurut Sutejo (1987), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi
tumpukan sampah/seresah tanaman dan adakalanya pula termasuk bangkai binatang. Tanah sangat penting artinya bagi usaha pertanian karena kehidupan dan
perkembangan tumbuh-tumbuhan serta segala makhluk hidup di dunia sangat
memerlukan tanah. Akan tetapi arti yang penting ini kadang-kadang diabaikan
oleh manusia, sehingga tanah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Tanah
menjadi gersang dan dapat menimbulkan berbagai bencana, sehingga tidak lagi
menjadi sumber dari segala kehidupan.
Manusia
sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di dunia dituntut agar dapat
melestarikan “arti penting” tanah bagi segala kehidupan di dunia. Artinya
manusia tidak sepantasnya hanya mengeruk keuntungan yang terdapat dalam tanah,
melainkan mempunyai kewajiban untuk memelihara tanah tersebut, agar tanah tetap
dapat berfungsi memberikan atau menyediakan sumber kehidupan bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya yang tumbuh dan berkembang di dunia. Bagi usaha pertanian
tanah mempunyai arti yang penting selain iklim dan air. Segala tumbuh-tumbuhan
dan hasil-hasilnya yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
hidup manusia sepanjang masa akan sangat tergantung kepada keadaan tanah.
Padahal di lain pihak juga diketahui
bahwa usaha pertanian menginginkan hasil yang sebanyak-banyaknya, sehingga
kemudian dicari cara untuk memanfaatkan potensi tanah pertanian seoptimal
mungkin melalui berbagai penelitian dan percobaan. Memasuki era pasar bebas
dengan diberlakukannya standar tertentu dalam setiap produk termasuk produk
pertanian, pemberlakuan standard ISO
dan Eco-Labelling
yang mensyaratkan produksi yang ramah lingkungan, maka sektor pertanian
memperoleh tantangan baru dan membutuhkan permikiran yang serius bagi ahli
pertanian dan ahli yang terkait agar tetap mampu bersaing di dunia
internasional.
Penggunaan bahan organik yang recycleable dan ramah
lingkungan dalam produksi pertanian agar diupayakan untuk tetap mempertahankan
produktivitas lahan.
Kurangnya minat pasar internasional terhadap produk pertanian dalam negeri
tersebut dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran mengenai kesehatan makanan,
padahal dengan penggunaan bahan-bahan kimia dalam pertanian dapat mengganggu
kesehatan manusia. Oleh karena itu untuk meningkatkan keunggulan kompetitif
dalam menghasilkan produk pertanian yang mampu bersaing di pasar internasional
perlu diupayakan pemenuhan terhadap minat konsumen yang membutuhkan konsumsi pangan
bebas bahan anorganik
(http://www.rtlima.com/infokomposter.pdf).
Untuk itu perlu segera digalakkan
produk-produk pertanian organik di Indonesia dengan cara meningkatkan
penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebagai
sarana produksinya yang didukung dengan keanekaragaman hayati terutama bibit
dan pestisida organik. Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang
diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara
alami (Musnamar, 2003).
2.
Peranan Bahan Organik
Dapat dikatakan bahwa pupuk organik
merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki
kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas
dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman
dikonsumsi. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak
dapat lebih unggul daripada pupuk anorganik.
Namun penggunaan pupuk organik
secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas
tanah lebih baik dibanding penggunaan pupuk anorganik (Musnamar, 2003). Selain
itu penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman
sehingga aman bagi kesehatan manusia. Bahkan produk-produk yang dihasilkan akan
diterima negara-negara yang mensyaratkan ambang batas residu yang sudah
diberlakukan pada produk tertentu seperti teh dan kopi. Saat ini ada beberapa
jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk
kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk mikroba (Musnamar, 2003).
Usaha untuk meningkatkan produktivitas dengan pemupukan
sering terhambat oleh mahalnya harga pupuk buatan bahkan kadang pupuk tidak
tersedia. Penggunaan pupuk
buatan (anorganik) N, P, K secara terus-menerus juga dapat menipiskan ketersediaan unsur-unsur mikro
seperti seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), mangan (Mn), magnesium (Mg),
molibdenum (Mo), dan boron (B) yang selanjutnya mengakibatkan tanaman menjadi
kerdil, produksinya menurun, dan rentan terhadap hama/penyakit (Tandon, 1990).
Salah satu cara untuk mensubstitusi penggunaan pupuk buatan adalah
memanfaatkan sisa tanaman (limbah) sekitar kebun. Sisa tanaman padi, kacang
tanah, jagung, dan sisa tanaman lainnya yang ditanam di antara kelapa cukup prospektif
sebagai bahan kompos. Selain itu, limbah
dari tanaman sela tersebut apabila dibiarkan dapat menimbulkan kerugian seperti
kebun menjadi kotor dan sebagai tempat bersarangnya hama/penyakit (Baringbing, 1993), sementara itu bila dimanfaatkan dengan baik dapat
memberi manfaat yang besar. Limbah tanaman seperti
jagung, padi, kacang tanah, dan sabut kelapa sangat berpotensi sebagai sumber
hara (Alwi dan Nazemi 2000). Widati et al. (2000) mengemukakan bahwa
pemberian jerami padi nyata meningkatkan kadar C-organik, K-dd, dan KTK tanah
berturut-turut sebesar 13,2%, 28,6%, dan 153%. Menurut Adiningsih (1992),
aplikasi 5 ton jerami tiap hektar dapat meningkatkan N, P, dan K tanah.
3. Kompos
Penggunaan limbah tanaman sebagai pupuk organik juga dapat memperbaiki
struktur tanah (sifat fisik tanah) terutama pada lahan marginal sehingga mampu
memberikan daya dukung yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Meskipun penggunaan sisa tanaman mudah dilaksanakan dan cukup menguntungkan
karena tersedia di lahan petani, masih sedikit petani yang melakukannya karena
kurangnya pemahaman akan manfaat dan kegunaan limbah tanaman serta cara
pengolahannya. Untuk meningkatkan
hara yang tersedia serta hara yang siap pakai maka limbah perlu diolah menjadi
kompos. Pengomposan merupakan suatu proses biologi oleh mikroorganisme secara
terpisah atau bersama-sama dalam menguraikan bahan organik menjadi bahan
semacam humus. Bahan yang terbentuk mempunyai bobot/volume yang lebih rendah
dari bahan dasarnya. Dengan demikian,
pengomposan berarti menyiapkan makanan untuk tanaman dan sekaligus
menghilangkan senyawa yang mudah teroksidasi (Sutanto 2002). Sutanto dan Utami
(1995) melaporkan bahwa pemberian beberapa jenis kompos pada tanah kritis untuk
tanaman kacang tanah dan jagung ternyata memberikan hasil yang lebih baik
daripada penggunaan pupuk kimiawi dengan dosis anjuran.
D.
Kompos Produksi Depo KSM Lestari
Depo KSM Lestrari merupakan lembaga swadaya binaan Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman Kota Tarakan, yang mengelola limbah organik menjadi
kompos. Limbah yang menjadi bahan baku berasal dari limbah organik di
lingkungan pasar Guser Tarakan dan limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh
masyarakat setempat.
Pembuatan kompos pada umumnya sama. Namun, selama ini pemanfaatan limbah-limbah di Kota Tarakan potensinya
kurang diperhatikan. Dengan
demikian, lembaga masyarakat memanfaatkan
limbah-limbah organik yang sumbernya dari limbah rumah tangga dan limbah pasar tersebut sebagai bahan untuk pembuatan kompos dan
diproses secara manual serta tidak ada penambahan bahan campuran apapun. Penggunaan bahan kompos produksi
depo KSM Lestari sedang dicoba untuk beberapa jenis tanaman sayuran.
III.
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
telah dilaksanakan di kampus Universitas Borneo Tarakan, di lahan percobaan
Fakultas Pertanian. Penelitian mulai dilaksanakan bulan Mei sampai bulan Juli 2010.
B.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian
adalah: parang sekop, gembor, ember, meteran, ayakan tanah, cangkul, kamera dan
alat tulis.
Bahan
yang digunakan dalam penelitian adalah:
kompos produksi Depo KSM Lestari, tanah top soil, polybag, benih sawi.
C.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, terdiri dari 4 taraf yang
merupakan perlakuan, sebagai berikut:
-
M1 = Tanah tanpa kompos 5 : 0
-
M2 = Perbandingan tanah dengan kompos 4 : 1
-
M3 = Perbandingan tanah dengan kompos 3 : 2
-
M4 = Perbandingan tanah dengan kompos 2,5 : 2,5
Perbandingan
tersebut dicoba pada tanaman sawi sehingga diperoleh perlakuan sebagai berikut:
SM1
|
SM2
|
SM3
|
SM4
|
Tiap
perlakuan diulang 10 kali, sehingga diperoleh 40 unit
percobaan.
D.
Analisa Data
Data hasil pengamatan dianalisa dengan
menggunakan Analisis Sidik Ragam
(ANSIRA) yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% apa bila terdapat perlakuan yang berbeda nyata.
Tabel 1. Analisis
Sidik Ragam (Uji F)
Sumber Keragaman
|
Derajat Bebas
|
Jumlah Kuadrat
|
Kuadrat Tengah
|
FHitung
|
F Tabel
|
|
5%
|
1%
|
|||||
Kelompok
|
K-1=v9
|
JKK
|
KTK/ v9
|
KTK/ KTG
|
v27. v9
|
|
Perlakuan
|
T-1= v3
|
JKP
|
KTP/ v3
|
KTP/ KTG
|
v27. v3
|
|
Galat
|
Vt-v9-v3=
v27
|
JKG
|
KTG/ v27
|
|||
Total
|
K.T-1= vt
|
JKT
|
n = Jumlah Kelompok
E. Prosedur Penelitian
1.
Persiapan Lahan
Lahan
dibersihkan dari rumput-rumput dengan menggunakan parang serta potongan kayu
dan batu-batu yang terdapat didalam petakan percobaan.
2.
Persiapan media tanam
Media
tanam yang digunakan adalah tanah top soil dan kompos produksi Depo KSM Lestari
dengan perbandingan yang berbeda-beda. Tanah yang digunakan sebagai media dibersihkan
dan diayak kemudian tanah dicampur
dengan kompos sesuai perlakuan lalu dimasukkan
ke dalam polybag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar