Proses pengomposan
sederhana saja. Sampah yang sudah terkumpul dipilah-pilah antara sampah organik
dan sampah anorganik. Kedua jenis itu
masih dipilah lagi. sampah anorganik dipilah lagi seperti kertas,
plastik, beling (pecah-an kaca), dan
kaleng. Sebulan sekali sampah anorganik itu
dijual ke para pemulungatau diantar ke lapak di daerah pedongkelan.
Sampah organik terbagi dalam
berbagai jenis, seperti nasi, kulit buah, dan sisa sayuran. Sampah yang tidak bisa langsung masuk ke
kotak pengomposan karena kandungan airnya tinggi, seperti sayuran, kertas atau
kardus basah, terlebih dahulu dibakar di insenator. Sedangkan sampah sisa
sayuran dicacah dengan menggunakan mesin cacah. Hasil ayakan dari sampah yang
dibakar dicampur dengan sampah yang dicacah. Setelah itu disemprot dengan
cairan mikroorganisme EM 4. cairan ini berfungsi mempercepat pengomposan.
Kemudian sampah ditempatkan dalam kotak-kotak kayu. Satu
kotak bisa menampung 100 kg sampah.
Untuk mengatasi bau busuk, sampah dicampur dengan dedak atau serbuk kayu (hasil
serutan). Untuk mengatur suhu dalam kotak pengomposan, setiap hari sampah ini
diaduk. Hal itu membantu pengomposan berjalan baik dan merata. Saat mengaduk,
pekerja harus menggunakan masker pernapasan untuk melindungi paru-paru dari
pengaruh gas metan dari sampah
pengomposan. Gunakan juga sepatu bot dan sarung tangan agar tidak terasa
panas.
Pengomposan berlangsung selama dua sampai tiga minggu.
Pengomposan dikatakan berhasil, jika sampah tadi sudah berubah warna menjadi
hitam pekat dan hancur. Keberhasilan itu dicapai kerana proses fermentasinya
berhasil. Sampah yang sudah menjadi kompos
kemudian dianginkan sampai dingin. Setelah
itu, kompos diayak. Kompos halus dibungkus terpisah dengan kompos kasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar